Selasa, 26 April 2016

MAKALAH MINERAL

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengehuan dari masa ke masa semakin bertambah, seperti halnya dengan pada disiplin ilmu Biologi dan Kimia yang melahirkan bdang ilmu yang disebut Biokimia. Biokimia merupakan disiplin ilmu pengetahuan yang membahas tentang aktivitas kimia pada tubuh makhluk hidup.
Makhluk hidup, utamanya manusia pasti membutuhkan zat-zat tertentu dalam membantu aktivitas metabolisme dalam tubuhnya. Sehingga organ-organ manusia dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang kadang tidak disadari kerjanya, seperti penyerapan sari-sari makanan di usus, penghalusan makanan di lambung dan lain sebagainya.
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO) hidrogen menjadi uap air, dan Nitrogen menjadi uap Nitrogen (N) Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antar individu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik.
Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral esensial dan non esensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral non esensial adalah logam yang perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian mineral?
2.      Bagaimana klasifikasi mineral?
3.      Apa akibat kekurangan mineral dan kelebihan mineral ?

C.     TUJUAN
1.      Mengetahui pengertian mineral.
2.      Mengetahui klasifikasi mineral.
3.      Memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Dasar II.

D.    Manfaat
1.      Manfaat bagi penulis, pengkajian ini memberikan pengetahuan tentang fungsi-fungsi dari mineral.
2.      Manfaat dari pembaca, pengkajian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian atau referensi tambahan bagi dunia ilmu kesehatan.












BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN MINERAL
mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang pearnan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Kalsium, fosfor dan magnesium adalah bagian dari tulang, besi dari hemoglobin dalam sel darah merah, dan iodium dari hormone tiroksin. Disamping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolism, terutama sebagai kofaktor dalam akivitas enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan pekerjaan enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu transfer ikatan-ikatan penting melalui membrane sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap rangsangan.
Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mneral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Jumlah mineral mikro dalam tubuh kurang dari 15 mg. hingga saat ini dikenal sebanyak 24 mineral yang dianggap esensial. Jumlah itu setiap waktu bisa bertambah.
a.       Ketersediaan Biologis Mineral
Walaupun bahan makanan mengandung berbagai mineral untuk keperluan tubuh, namun tidak semuanya dapat dimanfaatkan. Hal ini bergantung pada ketersediaan biologiknya (ketersediaan biologis adalah tingkatan zat gizi yang dimakan yang dapat diabsorpsi oleh tubuh). Sebagian zat gizi mungkin tidak mudah dilepaskan saat makanan dicerna atau tidak diabsorpsi dengan baik. Faktor-faktor yang memperngaruhi ketersediaan biologik mineral dijelaskan dibwah ini.
1.      Interaksi mineral dengan mineral
Mineral yang mempunyai berat molekul dan jumlah muatan (valensi) yang sama bersaing satu sama lain untuk diabsorpsi, dengan demikian dalam ketersediaan biologiknya. Contohnya magnesium, kalsium, besi dan tembaga yang mempunyai valensi +2. Kalsium yang dimakan terlalu banyak akan mengahmbat absorpsi besi. Demikian pula kebanyakan makan seng akan menghambat absorpsi tembaga. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan suplemen mineral tanpa berkonsultasi dengan dokter.
2.      Interaksi vitamin dengan mineral
Vitamin c meningkatkan absorpsi besi bila dimakan pada waktu bersamaan. Vitamin d kalsiterol meningkatkan adsorpsi kalsium. Banyak vitamin membutuhkan mineral untuk melakukan peranannya dalam metabolsme. Misalnya koenzim tiamin membutuhkan magnesium untuk berfungsi secara efisien.
3.      Interaksi serat dengan mineral
Ketersediaan biologic mineral banyak dipengaruhi oleh bahan-bahan nonmineral di dalam makanan. Asam fitat dalam dalam serat kacang-kacangan dan serealia serta asam oksalat dalam bayam mengikat mineral-mineral tertentu sehingga tidak dapat diabsorpsi. Makan tinggi serat (lebih dari 35 gram sehari) menghambat absorpsi kalsium, zat besi, seng dan magnesium.
b.      Sumber Mineral
Sumber paling baik mineral adalah makan hewani, kecuali magnesium yang lebih banyak terdapat di dalam makanan nabati. Hewan memperoleh mineral dari tumbuh-tumbuhan dan menumpuknya di dalam jaringan tubuhnya. Di samping itu, mineral berasal dari makanan hewani mempunyai ketersediaan biologic lebih tinggi dari pada yang berasal dari makanan nabati. Makanan hewani mengandung lebih sedikit bahan pengikat mineral daripada makanan nabati.
c.       Keracunan Karena Mineral
Mineral dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan keracunan (toksik). Pekerja tambang bila tidak berhati-hati dapat mengalami keracunan mineral, terutama mangan. Sifat toksik ini perlu mendapat perhatian dalam penggunaan suplemen mineral.


B.     Klasifikasi Mineral
a.       Berdasarkan jenisnya, klasifikasi mineral dibagi atas :
1.      Mineral Organik
Adalah mineral yang dibutuhkan serta berguna bagi tubuh kita, yang dapat kita peroleh melalui makanan yang kita konsumsi setiap hari seperti nasi, ayam, ikan, telur, sayur-sayuran serta buah-buahan, atau vitamin tambahan.
2.      Mineral Anorganik
Adalah mineral yang tidak dibutuhkan serta tidak berguna bagi tubuh kita. Contohnya:Timbal Hitam (Pb), Iron Oxide (Besi Teroksidasi), Mercuri, Arsenik, Magnesium, Aluminium atau bahan-bahan kimia hasil dari resapan tanah dan lain.
b.      Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, klasifikasi mineral dibagi atas :
1.      Mineral Esensial.
Mineral adalah Komponen anorganik yang terdapat dalam tabel periodik unsur. Di antara mineral yang ada di alam, hanya sekitar 17 Mineral yang diperlukan oleh tubuh manusia, yaitu yang disebut dengan mineral esensial. Mineral esensial dapat di kelompokan menjadi mineral makro (macro mineral) dan mineral mikro (trace mineral). Yang termasuk mineral makro adalah kalsium (Ca), fosfor (P), Magnesium (Mg), sodium (Na), klor (Cl), potassium (K), dan Sulfur (S). Sedangkan yang termasuk mineral mikro adalah adalah iodin (I), seng (Zn), besi (Fe), tembaga (Cu), Flor (F), Selenium (Se), Molibdenun (Mo), Mangan (Mn), dan Cobalt (Co).
2.      Mineral Nonesensial
Logam  nonesensial adalah golongan logam yang tidak berguna, atau belum diketahui kegunaannya dalam tubuh hewan, sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal dapat menyebabkan keracunan. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya bagi makhluk hidup, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), kadmium (Cd), dan aluminium (Al).
c.       Berdasarkan bentuknya, klasifikasi mineral dibagi atas :
1.      Mineral Makro
Yang termasuk mineral makro antara lain : natrium, klor, kalsium, kalium, fosfor, magnesium, dan sulfur.
1.      Kalsium
Tubuh manusia mengandung sekitar 22 gram kalsium per kg berat badan tanpa lemak. Kira-kira 99 persen kalsium terdapat dalam tulang dan gigi. Komposisi belum diketahui secara jelas, namun diperkirakan menyerupai suatu hidroksiapatit Ca10(PO4)6(OH)2.
Peranan kalsium tidak saja pada pembentukan tulang dan gigi tersebut diatas, namun juga memegang peranan penting pada berbagai proses fisiologik dan biokhemikdi dalam tubuh, seperti pada pembekuan darah, eksitabilitas syaraf otot, kerekatan seluler, tranmisi impul-impul syaraf, memelihara dan meningkatkan fungsi membran sel, mengaktifkan reaksi enzim dan sekresi hormone. Kerangka tulang yang merupakan cadangan besar kalsium komplek yang tidak larut, berada dalam keseimbangan dinamik dengan kalsium bentuk larut di dalam sirkulasi.
Walaupun terutama mekanisme homeostatic yang mengontrol kadar kalsium dalam plasma adalah kelenjar paratiroid dan metabolit vitamin d aktif, namun sejumlah hormone, vitamin dan penghambat klasifikasi biologic dapat mempengaruhi tubuh dalam metabolism kalsium.
Kadar kalsium dalam sirkulasi darah kira-kira konstan sekitar 10 mg/ 100 ml, dan biasanya kalaupun bervariasi tidak sampai 10 persen. Kurang dari 50 persen kalsium dalam darah dan cairan lainnya berada dalam bentuk ion bebas; sekitar jumlah yang sama terkait pada protein, terutama albumin dan globulindan jumlah yang sangat sedikit merupakan ikatan kompleks dengan asam organic seperti sitrat atau asam anorganik seperti sufat dan fosfat.
Kalsium diperlukan dalam mengaktifkan enzim-enzim lipase. ATP-ase dari aktomisin dan myosin, kholinesterase serta dehidrogenase suksinik. Peranan kalsium dalam pembekuan darah ada hubunganny dengan vitamin k. mineral ini tampaknya diperluka untuk mengaktifkan protrombin yang berperan dalam rentetan proses pembekuan darah.
Bahan makanan yang kaya akan kalsium adalah susu dan hasil olahnya (kecuali mentega) seperti keju dan es krim. Di samping itu sayur-sayuran tertentu, brokoli, kacang-kacangan dan buah-buahan juga merupakan sumber kalsium.
2.      Fosfor
Tubuh manusia mengandung sekitar 12 gram fosfor per kilogram jaringan tanpa lemak. Dari jumlah ini kira-kira 85 persen terkandung dalam kerangka tulang. Di dalam plasma terdapat fosfor sekitar 3.5 mg/100 ml plasma. Bila butir darah merah termasuk maka total fosfod dalam daran antara 30-45 mg/100 ml darah.
Fosfat organic merupakan bagian dari struktur badan sel dan terlibat dalam fungsi seluler. Fosfor adalah bagian dari senyawa tinggi energy ATP yang diperlukan dalam suplai energy untuk kegiatan seluler. Oksidasi karbohidrat dalam membentuk ATP juga memerlukan fosfor karena fosforilasi adalah langkah yang harus dilalui dalam metabolism monosakarida. Fosfolipid adalah kmponen dari semua membrane seluler dan factor penentu permeabilitas seluler. DNA dan RNA yang merupakan genetic utama bertanggung jawab dalam reproduksi sel, pertumbuhan dan sintesis protein adalah senyawa fosforilasi.
Konsumsi pangan kurang fosfor jarang dijumpai pada manusia. Karena perannya yang sangat penting dalam metabolism pada jaringan hewan dan tanaman maka mineral ini umumnya terdapat dalam setiap bahan makanan.
Akhir-akhir ini fosfor kurang dapat perhatian dalam perencanaan pangan karena umumnya ditemukan bila konsumsi  kalsium dan protein cukup, maka konsumsi fosfor juga cukup. Kebutuhan fosfor untuk orang dewasa di Amerika Serikat diperkirakan o.8-1.5 gram per hari.
Fosfor dalam makanan diabsorpsi dalam bentuk fosfat bebas. Kira-kira 60-70 persen fosfor dari makanan dapat diserap. Berbagai makanan mengandung fosfor yang tidak langsung dapat digunakan tubuh karena usus manusia relative kekurangan enzim fosfatase yang penting untuk hidrolisa ester-ester organic. Senyawa ester fosfat organik dapat mempengaruhi adsorpsi kalsium, karena membentuk garam kalsium yang tidak larut di dalam lumen usus.

3.      Magnesium
Dalam tubuh manusia terdapat sekitar 0.5 gram per kilogram jaringan bebas lemak, di mana kira-kira 60 persennya berada dalam jaringan tulang. Fungsi magnesium (Mg) di dalam jaringan keras belum diketahui secara jelas. Sebanyak sepertiga dari magnesium tersebut berada dalam kombinasi dengan fosfat, sisanya melekat secaara bebas pada permukaan struktur mineral. Sejumlah kecil magnesium terlarut dalam cairan ekstraseluler dan mudah bertukar dengan yang melekat pada permukaan tulang. Hanya 1-3 mg magnesium terdapat dalam setiap 100 ml serum; dari jumlah ini 35 peresen terikat pada protein atau terikat secara kompleks dengan substansi lainnya yang sulit tidak bisa bertukaran.
Di antara sel-sel jaringan lemak, konsentrasi magnesium lebih tinggi daripada mineral lainnya kecuali kalium. Kehilangan magnesium tubuh biasanya berkaitan dengan pemecahan jaringan dan destruksi sel. Magnesium digunakan untuk respirasi seluler, khususnya dalam fosforilasi oksidatif pada pembentuka ATP.
Pada kenyataannya magnesium diperlukan untuk semua system perubahan fosfat. Dalam beberpa perubahan fosfat termasuk ATP dan ADP, magnesium digantikan oleh mangan (Mn) sebagai perangsang aktifitas enzim. Magnesium merupakan activator semua reaksi enzimatik yang memerlukan ATP: oksidasi piruvat, konversi ketoglutarat menjadi KoA suksinil dan reaksi transketolase dari perputaran pentose monofosfat. Beragam reaksi dalam metabolism lamak dan protein juga memerlukan kalsium. Perubahan KoA menjadi asetat dan asam kholik membentuk KoA asetil dan KoA kholik serta sintesis DNA dan RNA.
4.      Natrium
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler . 35-40 % terdapat dalam kerangka tubuh. Cairan saluran cerna, sama seperti cairan empedu dan pancreas mengandung banyak natrium.
Sumber utama Natrium adalah garam dapur (NaCl). Sumber natrium yang lain berupa monosodium glutamate (MSG), kecap dan makanan yang diawetkan dengan garam dapur. Makanan yang belum diolah, sayur dan buah mengandung sedikit natrium. Sumber lainnya seperti susu, daging, telur, ikan, mentega dan makanan laut lainnya. Fungsi dari natrium antara lain :
a.       Menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen ekstraseluer.
b.      Mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan masuk ke dalam sel.
c.       Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh dengan mengimbangi zat-zat yang membentuk asam.
d.      Berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot.
e.       Berperan dalam absorbsi glukosa dan sebagai alat angkut zat gizi lain melalui membrane, terutama melalui dinding usus sebagai pompa natrium.
5.      Besi
a.       Penyebaran besi dalam tubuh
Jumlah seluruh besi di dalam tubuh orang dewasa terdapat sekitar 3.5 g, di mana 70 persennya terdapat dalam hemoglobin, 25 persennya merupakan besi cadangan (iron storage) yang terdiri dari feritin dan hemosiderin terdapat dalam hati, limfa dan susum tulang.
Besi simpanan ini berfungsi sebagai cadangan untuk memproduksi hemoglobin dan ikatan-ikatan besi lainnya pyang mempunyai fungsi fisiologis. Jumlah besi simpanan dapat bervariasi dengan selang yang cukup lebar tanpa mempengaruhi kesehatan. Komponen besi lainnya dalam jumlah yang sangat kecil terdapat dalam jaringan padat. Mioglobin yang mengandung sekitar empat persen dari besi total adalah protein yang memberikan warna merah pada otot tulang.
Bagian besi lainnya terdapat di dalam berbagai enzim oksidatif antara lain katalase, mitokondria, sitokrom dan flavoprotein. Meskipun ikatan ini merupakan komponen kecil, nemun memiliki fungsi yang sangat penting di dalam tubuh (Dallman, 1981).
Dilaporkan bahwa kekurangan besi dapat menurunkan kekebalan individu, sehingga sangat peka terhadap serangan bibit penyakit. Hal ini berhubungan erat dengan menurunnya fungsi enzim pembentuk antibody seperti mieloperoksidase sebagai akibat kekurangan besi tersebut (Basta, 1977).
Dalam hal penyebaran besi di dalam tubuh, Fairbanks, dkk., (1971) mengemukakan angka yang sedikit berbeda, yaitu seperti tercantum pada tabel.
bagian
Banyaknay besi (mg)
Persentase
Hemoglobin
2500
67.19
Cadangan (feritin dan hemosiderin)
1000
26.87
Mioglobin
130
3.50
Pool labil
80
2.15
enzima
8
0.21
Pengangkutan
3
0.08
jumlah
3721
100.00

Jumlah besi dalam tubuh diatur terutama oleh penyerapan yang bervariasi. Bila besi simpanan berkurang, maka penyerapan besi akan meningkat. Mekanisme kompensasihomeostatik ini dapat merupakan proteksi terhadap kemungkinan berkembangnya kurang besi karena makanan yang kandungan besinya kurang. Namun demikian khususnya pada wanita dan anak-anak, jumlah cadangan besi secara proporsional lebih kecil. Oleh karena itu pada kedua golongan tersebut proteksi terhadap kekurangan besi sangat kurang, khususnya kemungkinan kurang besi karena rendahnya besi dalam makanan, infestasi parasit dan menstruasi pada wanita.
Banyak besi yang dimanfaatkan untuk pembentukan hemoglobin umumnya sebesar 20-25 mg per hari. Pada kondisi dimana sumsum tulang berfungsi baik, dapat memproduksikan sel darah merah dan hemoglobin sebesar enam kali.
Besi yang berlebihan disimpan sebagai cadangan dalam bentuk feritin dan hemosiderin di dalam sel parenkhim hepatic, sel retikuloendotelial sumsum tulang hati dan limfa.
Ekskresi besi dari tubuh sebanyak 0.5-1.0 mg per hari, dikeluarkan bersama-sama urine, keringat dan feses. Dapat pula besi dalam hemoglobin keluar dai tubuh melalui pendarahan, menstruasi dan saluran urine.
f.       Kalium
Seperti halnya natrium, kalium (K) merupakan kation penting di dalam cairan intraseluler yang berperan dalam keseimbangan pH dan osmolalitas. Tubuh manusia mengandung 2.6 mg kalium per kilogram berat badan bebas lemak, sel-sel syaraf dan otot mengandung banyak kalium. Dalam jumlah kecil mineral ini dijumpai dalam cairan ekstraseluler; kadar K dalam serum adalah 14-22 mg/ 100 ml. tampaknya kalium mempunyai kemampuan menerobos membrane sel lebih besar dibandingkan dengan natrium.
Ion kalium diperlukan dalam metabolism karbohidrat dan protein, namun mekanismenya belum jelas diketahui. Pembentukan glikogen dan degradasi glucose memerlukan kalium. Kekurangan kalium jarang diakibatkan oleh makanan kurang mengandung mineral ini. Kekurangan kalium umumnya disebabkan karena ekskresi yang berlebihan melalui ginjal, juga dapat terjadi karena muntah-muntah yang berlebihan, atau diare yang berat.
Pengaruh kekurangan kalium terutama pada otot yaitu lemak urat dan dapat menimbulkan kelumpuhan. Pengobatan defisiensi kalium harus dilakukan sangat berhati-hati, karena bila terlalu cepat dan banyak kalium masuk ke dalam pembuluh darah malahan dapat menimbulkan hiperkalemia yang lebih serius dari pada hipokalemia.
g.      Khlorida
Ion klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstraseluler dan berada dalam betuk kombinasi dengan natrium diberbagai bagian, meskipun dalam jumlah sedikit terikat pada protein dan substansi lainnya. Kurang dari 15 persen total klorida tubuh terletak secara intraseluler. Klorida dalam darah dan eritrosit yang biasa dikenal sebagai “chloride shift” suatu mekanisme homeostatic pertama dalam mengontrol pH darah.
Walaupun klorida bersama natrium umumnya dianggap berfungsi dalam mempertahankan pH dan osmolaritas cairan ekstraseluler, ion klorida juga berfungsi sebagai activator amylase dan penting dalam pembentukan HCl lambung. Hal ini sangat menarik karena meskipun klorida biasanya diangkut melewati membrane biologic oleh diffuse pasif, namun dalam lambung dan mukosa usus ion klorida diangkut secara aktif.
Factor-faktor yang menyeebabkan terjadinya kehilangan natrium juga dapat menimbulkan kehilangan klorida. Muntah-muntah menyebabkan kehilangan yang dihasilkan oleh getah lambung.
2.      Mineral Mikro
Kegunaan mineral mikro lain untuk manusia belum diketahui dengan pasti. Pengetahuan yang ada banyak diperoleh dari hasil penelitian dengan hewan.
a.       Silicon(Si)
Silicon baru dianggap sebagai zat gizi esensial sejak 20 tahun lalu, knsentrasi tertinggi terdapat dalam epidermis dan jaringan ikat. Silicon berperan dalam memulai klasifikasi tulang dan mempengaruhi sintesisi kolagen. Silicon diabsorpsi dalam bentuk asam silikat dan diekskresi melalui urin. Konsentrasi rata-rata dalam plasma adalah 0.5 nmg/liter. Silicon terutama terdapat dalam makanan nabati terutama biji-bijian dan serealia utuh. Bir menganding silicon dalam konsentrasi tingi.
b.      Vanadium (Va)
Vanadium berasal dari nama dewi skandinavia yang menggambarkan kecantikannya, kemudaan, dan kekemilauan. Vanadium diduga berperan dalam fungsi enzim-enzim yang berkaitan dengan fosforilasi. Vanadium diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang serta untuk reproduksi normal.
Sumber baik vanadium adalah serealia dan hasilnya. Daging, ikan dan unggas merupakan sumber yang sedang.
c.       Timah (Pb)
Timah dalam jaringan tubuh mula-mula hanya dianggap sebagai kontaminasi lingkungan. Belakangan terbukti bahwa timah pada tikus meningkatkan pertumbuhan. Timah cenderung membentuk ikatan kovalen seperti halnya karbon. Timah mempunyai pengaruh induksi terhadap enzim oksigease hem, yang menyebabkan pemecahan hem dalam ginjal dan mengganggu fungsi sel yang bergantung pada hem. Belum banyak diketahui tentang kandungan timah dalam makanan.

d.      Nikel (Ni)
Nikel pada tahun 1974 ditemukan sebagai zat gizi esensial untuk ayam, tikus dan kambing. Nikel terdapat di dalam DNA dan RNA. Fungsinya mungkin menstabilisasi struktus asam nukleat dan protein atau sebagai kofaktor atau komponen structural berbagai enzim. Kekurangan nikel dapat menyebabkan kerusakan hati dan alat tubuh lain. Sumber baik nikel adalah kacang-kacangan, serealia, dan produk serealia. Makanan hewani hanya sedikit mengandung nikel.
e.       Arsen (As) dan Boron (Bo)
Arsen diduga merupakan zat gizi esensial lain. Kebenarannya masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Penelitian pada tikus dan anjing percobaan menunjukkan bahwa boron berpengaruh terhadap metabolism mineral mikro. Suplementasi boron pada perempuan sesudah menopause, dapat mencegah kehilangan kalsium dan demineralisasi tulang.
Mineral mikro lain yang masih memerlukan pembuktian tentang kegunaannya adalah perak (Ag), merkuri (Hg), stanum (Sn), barium (Ba), cadmium (Cd) dan arsen (As).
C.     Akibat kelebihan dan kekurangan mineral
Kelebihan satu mineral dalam tubuh juga dapat berpengaruh pada metabolisme tubuh yaitu sebagai berikut :
1)      Ca : mengkonsumsi kalsium dosis tinggi dapat menyebabkan nyeri lambung dan diare
2)      Mg : dapat mengakibatkan diare
3)      Na : meningkatkan tekanan darah tinggi dan beresiko terhadap stroke dan serangan jantung
4)      P : nyeri lambung dan jika konsumsi dosis tinggi dalam waktu lama dapat menurunkan jumlah kalsium dalam tubuh sehingga tulang lebih beresiko terhadap afraktur.
5)      Kalium : menyebabkan nyeri lambung, mual dan diare
6)      Fe : konstipasi, mual dan nyeri lambung.
7)      Boron : mengurangi fertilitas pada pria dan boron banyak terdapat pada sayuran dan kacang-kacangan
8)      Cobalt : berpengaruh pada jantung dan berpengaruh menurunkan fertilitas pada pria
Kekurangan mineral ini jarang terjadi jika kita mengkonsumsi makanan yang bervariasi. Akibat Kekurangan Mineral :
1)      Kekurangan natrium: gangguan jantung dan ginjal, lelah, kejang otot.
2)      Kekurangan kalium : lemah otot, gangguan pernapasan & denyut jantung
3)      Kekurangan kalsium : pembekuan darah lambat, tulang dan gigi rapuh, pertumbuhan lambat, kejang otot.
4)      Kekurangan fosfor : tulang dan gigi rapuh, hilang napsu makan, rakhitis, lesu, sakit  tulang.

BAB III
 PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian pengendalian komposisi cairan tubuh 65%. Untuk pemeliharaan fungsi tubuh, manusia memerlukan mineral dalam jumlah tertentu. Mineral yang dibutuhkan tubuh hingga saat ini dikenal dengan nama mineral makro dan mineral mikro.Intake (asupan) makanan sehari-hari, membantu manusia mendapatkan zat yang diperlukan tubuh. Dinamakan mineral mikro, karena tubuh hanya memerlukan dalam jumlah kurang dari 100 mg saja. Jumlah yang memang sangat kecil, tapi sudah mencukupi bagi tubuh.
Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro.
B.     SARAN
1.      Sebagai manusia, kita perlu menjaga keseimbangan asupan nutrisi dan selalu menjaga kesehatan.
2.      Mineral Mikro walaupun sedikit asupannya bagi tubuh,tetapi perlu terus di jaga agar tubuh tidak mengalami defisiensi mineral.
3.      Semoga dengan adanya Makalah ini baik penyusun maupun pembaca dapat memahami akan pentingnya mineral miro dalam kehiduan sehari-hari.






DAFTAR PUSTAKA
Susnita Almatsier. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dr.Feri Kusnandar,MSc. 2010. Kimia Pangan Komponen makro. Jakarta: PT.DIAN RAKYAT.
Suhardjo. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : kansius.
Wibham Hatta. 2007.  Kimia Organik dan hayati. Jakarta : PT. Glora Aksara.


1 komentar: